Musaffir





Di bawah naungan sinar bulan yang masih menyinari bumi, menunggu sesuatu yang tak pasti dengan berkutat dengan hati yang selalu gundah akan kehidupan,  dan akan lebih baik lagi jika sang rembulan bisa berbicara dengan ku memberikan sedikit pengetahuanya akan kesulitan kehidupan. Semua bergojolak menyatu dalam diriku, kepala serasa mau pecah walau pun udah ada secangkir air dingin di dekatku. Angin malam berhembus dingin menyelimutiku oh oh oh.
Jika waktu dunia kekal selamanya apalah daya hamba yag tak tau berterima kasih dan selalu menggerutu akan kenikmatan yang ada.
Walau alam semesta ini tak terjangkau oleh mata, bisakah hamba yang tak tau diri ini bisa bahagia jika sang pemberi kenikmatan menjauhiku.. dikarenakan dosa yang ku tumpuk dan tidak mungkin hilang dikarenakan basuhan air  mata semalam saja. Aku berharap di dalam hati yang penuh linangan air hitam dosa engkau masih mengijinkanku sebagai salah satu penghuni keridhoanmu yang kekal. Tempat yang haya ada aku dan sang pencipta dan tidak dikotori oleh perhiasan segala isi dari dunia, tetapi seandainya engkau memberikan kesempatan itu izinkalah kedua orang yang telah meberikan arti kehidupan yaitu orang tuaku lebih dahulu merasakannya.
Karena mereka adalah lentera yang waktu malam akan menjadi lampu tuk menerangi apa yang ada, ketika siang menjadi penghalau jalan berduri ketika kita salah melangkah  dan oleh mereka pula diri ini diajari mengenal dirimu yang maha agung dan maha dari segala maha. Aku mencintai mereka sebagai mana mencintai diriku lindingilah diri mereka sebagai mana engkau memberikan perlindungan kepadaku.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Tempointeraktif.com - Teknologi

KOMPAS.com - Nasional