Di bawah naungan sinar bulan yang masih menyinari bumi,
menunggu sesuatu yang tak pasti dengan berkutat dengan hati yang selalu gundah
akan kehidupan, dan akan lebih baik lagi
jika sang rembulan bisa berbicara dengan ku memberikan sedikit pengetahuanya
akan kesulitan kehidupan. Semua bergojolak menyatu dalam diriku, kepala serasa
mau pecah walau pun udah ada secangkir air dingin di dekatku. Angin malam
berhembus dingin menyelimutiku oh oh oh.
Jika waktu dunia kekal selamanya apalah daya hamba yag tak
tau berterima kasih dan selalu menggerutu akan kenikmatan yang ada.
Walau alam semesta ini tak terjangkau oleh mata, bisakah hamba
yang tak tau diri ini bisa bahagia jika sang pemberi kenikmatan menjauhiku.. dikarenakan
dosa yang ku tumpuk dan tidak mungkin hilang dikarenakan basuhan air mata semalam saja. Aku berharap di dalam hati
yang penuh linangan air hitam dosa engkau masih mengijinkanku sebagai salah
satu penghuni keridhoanmu yang kekal. Tempat yang haya ada aku dan sang
pencipta dan tidak dikotori oleh perhiasan segala isi dari dunia, tetapi
seandainya engkau memberikan kesempatan itu izinkalah kedua orang yang telah
meberikan arti kehidupan yaitu orang tuaku lebih dahulu merasakannya.
Karena mereka adalah lentera yang waktu malam akan menjadi
lampu tuk menerangi apa yang ada, ketika siang menjadi penghalau jalan berduri
ketika kita salah melangkah dan oleh
mereka pula diri ini diajari mengenal dirimu yang maha agung dan maha dari
segala maha. Aku mencintai mereka sebagai mana mencintai diriku lindingilah
diri mereka sebagai mana engkau memberikan perlindungan kepadaku.
0 komentar:
Posting Komentar